Inovasi Pembelajaran Untuk Kurangi Learning Loss

Pandemi COVID-19 yang berlangsung hampir dua tahun mengharuskan para pendidik melakukan terobosan atau inovasi dalam melaksanakan pembelajaran guna mengurangi kemungkinan Learning Loss pada peserta didik. Learning Loss adalah istilah yang digunakan untuk menyebut hilangnya pengetahuan dan keterampilan, baik itu secara umum atau spesifik, atau terjadinya kemunduran proses akademik karena faktor tertentu. Topik ini disajikan Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. dalam Webinar Bagi Guru se kabupaten Bogor pada 16 Oktober 2021. Materi selengkapnya dapat di-downlod di link berikut.

E-Learning: Model dan Implementasinya

E-Learning memungkinkan siapa saja dapat belajar apa saja dan dari mana saja, sehingga pembelajaran menjadi fleksibel. Saat ini Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ditumpu oleh TIK dan e-learning sebagai tulang punggungnya. Efektivitas PJJ ditentukan oleh efektivitas e-learning. Implementasi e-Learning bisa dikelompokkan menjadi empat, yakni:
Individual-offline, contohnya adalah multimedia pembelajaran interaktif, simulasi, Virtual Reality, Augmented Reality.
Individual-online, contohnya adalah online learning/testing, blog, Youtube, MOOC.
Group-offline, contohnya adalah Computer-supported team-based learning (CS-TBL)
Group-online, contohnya adalah diskusi online, vicon, live lecture, live streaming

Keempat kategori tersebut digambarkan ke dalam Kerangka e-Learning. Dalam implementasinya, kombinasi keempat mode tersebut yakni Integrated e-Learning akan memberikan hasil yang optimal. Demikian intisari materi yang disampaikan oleh Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. dalam Workshop Pembelajaran Online yang diselenggarapan oleh LP3 Universitas Negeri Malang pada tanggal 28 Juli 2021. Materi slide dapat di-download pada link di bawah.

https://hermands.wordpress.com/wp-content/uploads/2022/01/dc6c5-pemb-online-model-dan-implementasinya-juli2021-blog.pdf

Keniscayaan Inovasi PJJ

Berkurangnya pengetahuan dan keterampilan (learning loss) pada peserta didik sebagai efek Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang terlalu lama sebagaimana disinyalir Kemendikbud (Kompas, 31/01/2021) menjadi keprihatinan kita semua. Tidak hanya itu, konon PJJ juga membebani orang tua yang harus memfasilitasi dan membantu mengerjakan PR anaknya padahal kemampuan dan waktu mereka terbatas. Di samping itu, motivasi belajar mereka terus menurun karena bosan tidak ketemu tatap muka dengan pendidik dan temannya. Daftar keluhan itu bisa diperpanjang seperti sulit dan mahalnya koneksi internet, terbatasnya perangkat akses, sulitnya memenuhi kompetensi praktik, dan kurang siapnya pendidik melaksanakan PJJ.

Sementara itu, karena kasus COVID-19 belum mereda, Pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri meminta semua jenjang pendidikan untuk tetap melaksanakan pembelajaran secara daring atau PJJ. Pembelajaran tatap muka hanya boleh dilakukan atas persetujuan pemerintah daerah, sekolah dan orang tua. Itupun harus dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Tantangan kita saat ini adalah bagaimana agar pelaksanaan PJJ bisa optimal dan sekaligus meminimalkan berbagai keluhan di atas. Oleh karena itu, kita perlu melakukan inovasi menyeluruh terkait PJJ baik pada sistem pengelolaan, proses pembelajaran, literasi digital pendidik, maupun infrastuktur teknologinya.

Inovasi PJJ

Agar efektif, PJJ seharusnya dilaksanakan dengan menggunakan sistem pengelolaan pembelajaran atau Learning Management System (LMS). Apa bisa PJJ tanpa LMS? Jawabannya kurang lebih sama dengan analogi pertanyaan apa bisa pembelajaran tatap muka tanpa ruang kelas dan perabotnya. Melalui LMS itulah pendidik dapat menaruh dan menyampaikan seluruh bahan ajar, melakukan interaksi dan evaluasi, memberikan penjelasan dan diskusi serta memonitor perkembangan peserta didik. Hal itu adalah tugas pendidik dalam pembelajaran dan kesemuanya dengan mudah dapat difasilitasi oleh LMS. Institusi wajib menyediakan LMS untuk pembelajaran daring. Apapun pilihan LMSnya (misalnya: Moodle, Google Classroom, Edmodo, Schoology, dll) yang penting pengguna tidak kesulitan. Untuk itulah diperlukan inovasi, agar fitur-fitur LMS mudah digunakan dan tetap efektif mewadahi konten dan aktivitas pembelajaran. Inovasi sistem LMS bisa berupa customizing mendalam atau permukaan, serta penambahan plug-in

Proses pembelajaran daring juga perlu diinovasi, agar peserta didik tidak bosan dan tujuan pembelajaran tercapai. Dalam pembelajaran tatap muka, pendidik dengan mudah dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Dalam PJJ, kunci inovasi adalah variasi aktivitas daring. Penyampaian materi dan pemberian aktivitas harus seimbang. Terlalu dominan pada salah satu kegiatan berakibat kebosanan pada peserta didik. Kurang bagus bila pendidik memberi materi pembelajaran terlalu banyak tanpa disertai diskusi dan evaluasi, demikian juga bila terlalu banyak tugas tanpa penjelasan materi. Komunikasi atau presentasi secara singkron (live) dan asingkron (tidak live) juga harus seimbang. Terlalu ekstrim ke salah satu mode akan membebani dan menyulitkan peserta didik.

Literasi digital

Sebagian pendidik kita belum siap mengajar melalui PJJ karena literasi digital mereka rendah. Dikutip dari American Library Association, literasi digital artinya kemampuan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mencari, mengevaluasi, membuat dan mengkomunikasikan konten/informasi digital. Konten digital adalah segala sesuatu dalam format digital yakni teks, gambar, suara, animasi, simulasi, video, atau gabungannya (multimedia) yang berisi pesan untuk mempermudah proses belajar mengajar. PJJ modern bertumpu pada teknologi digital dan tulang punggungnya adalah e-learning. Melalui e-learning, setiap orang dapat belajar kapan saja dan dari mana saja. Agar berhasil dalam melaksanakan PJJ, pendidik harus berinovasi dalam meningkatkan literasi digitalnya secara bertahap mulai dari kemampuan mencari sumber belajar digital, mengevaluasi hingga membuat konten. Konten digital tidak harus canggih dan tidak harus dibuat sendiri (dengan menghargai hak cipta orang lain), yang penting relevan dengan tujuan pembelajaran, mudah diakses dan mudah dipelajari peserta didik.

Infrastuktur teknologi informasi merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan PJJ. Sering kita dengar berita dari pelosok tanah air tentang sulitnya koneksi internet, minimnya perangkat akses, mahalnya beaya pulsa bagi sebagian peserta didik, sehingga PJJ tidak berjalan. Peran pemerintah dan masyarakat sangat penting dalam mengatasi hal ini, agar kasus COVID-19 tidak terus meningkat dan semua bisa belajar dari rumah melalui PJJ. Dengan demikian, potensi learning loss yang menjadi kekuatiran kita bersama tidak terjadi berkepanjangan. 

*) Tulisan ini dimuat di Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat terbit (versi cetak) Senin, 8 Februari 2021 Halaman 11 kolom Opini.

Pendidikan Karakter dalam Online Learning

Image

Salah satu kendala dalam implementasi e-learning adalah sulitnya membangun karakter mahasiswa melalui online learning. Metode dialogis, fasilitasi dan keteladanan merupakan beberapa cara yang dapat digunakan untuk menanamkan nilai pada mahasiswa melalui online learning. Dengan ketiga cara tersebut, karakter mahasiswa yang meliputi kritis dan argumentatif, mandiri, percaya diri, komunikatif dan kolaboratif, disiplin, kreatif dan inovatif dapat dibangun. Metode dialog dapat diimplementasikan melalui fitur forum diskusi, chat/vicon, dan wiki. Metode fasilitasi diterapkan dengan assignment, quiz, simulasi, games. Sedangkan metode keteladanan dilakukan melalui video pembelajaran dan blended learning. Hal tersebut adalah pokok-pokok pikiran yang disampaikan Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. dalam seminar akademik di Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan di kampus 4 UAD RIngroad Selatan tanggal 25 Februari 2020. Seminar yang dihadiri para dosen kampus setempat tersebut berlangsung hangat dan interaktif.

Kelas Virtual di Era RI 4.0

Kelas Virtual (Virtual Classroom) merupakan lingkungan pembelajaran online yang memungkinkan terjadinya interaksi secara live antara guru dan siswa agar proses pembelajaran menjadi optimal. Beberapa karakteristik instruksional yang perlu diperhatikan ketika akan mengembangkan VC antara lain: interaksi, kolaborasi, sinkron dan asinkron, variasi konten dan aktivitas, umpan balik positip dan konstruktif. Peran VC sangat penting dalam pengembangan SDM di era RI 4.0. Blended learning merupakan pembelajaran yang menggabungkan aspek-aspek terbaik dari pembelajaran tatap muka dengan keunggulan pembelajaran online. Implementasi VC dalam bentuk BL model flipped classroom sangat tepat untuk meningkatkan kompetensi abad 21. Hal ini disampaikan oleh Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. dalam Seminar Nasional Pengembangan SDM yang dihelat oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan DIY di Sahid Raya Hotel & Convention Yogyakarta pada 28 November 2019.

Pembelajaran Online di Era RI 4.0

Pembelajaran online kini menjadi penting peranannya di era Revolusi Industri 4.0 yang sedang kita hadapi ini utamanya dalam meningkatkan kompetensi abad 21. Ketersediaan sumber belajar digital yang berbasis multimedia dan kekuatan koneksi internet menjadi daya dukung penyelenggaraan pembelajaran online di berbagai perguruan tinggi. Kita perlu merancang pembelajaran online atau yang sering disebut e-learning sesuai kebutuhan kompetensi mahasiswa dan karakteristik mata kuliah. Hal ini beberapa hal yang disampaikan Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. dalam Seminar Nasional di Universitas Muhammadiyah Ponorogo tanggal 29 Agustus 2019. Semnas yang dibuka oleh Dekan FKIP Unmuh Ponorogo tersebut dihadiri oleh ratusan peserta yang terdiri atas guru, dosen dan mahasiswa.

Pembelajaran Online di Perguruan Tinggi

Di era Revolusi Industri 4.0 ini, Perguruan Tinggi dituntut untuk mengembangkan pembelajaran online yang tidak saja untuk memudahkan mahasiswa dalam mengakses sumber belajar dari dosen dan memfasilitasi mereka dalam meningkatkan kompetensi abad 21, tetapi juga untuk memberdayakan keunggulan sumber daya perguruan tinggi guna kemanfaatan publik. Hal ini disampaikan oleh Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. dalam Workshop Pembelajaran Berbasis ICT yang diselenggarakan oleh Pascasarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa di Serang tanggal 14 Agustus 2019. Workshop yang dibuka oleh Rektor Untirta tersebut dihadiri oleh para mahasiswa dan sejumlah dosen Pascasarjana kampus setempat.

Pembelajaran Daring Efektif di PT

Beberapa hal yang disampaikan Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. dalam kegiatan Sarasehan Dosen Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia 14 Februari 2019 di kampus setempat antara lain: Rekomendasi Rakernas 2018 dan 2019, Konsep E-learning, E-learning yang Efektif, Kendala Implementasi E-learning, dan Blended Learning. Hadir dalam kegiatan tersebut para dosen prodi yang bersiap untuk mengembangkan mata kuliah Daring. E-learning yang efektif tidak sekedar menyajikan bahan ajar yang bermanfaat untuk mahasiswa, tetapi juga mengkondisikan pembelajaran yang menyenangkan dengan berbagai aktivitas onlne menarik, menantang dan engaging.


Best Practice Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring (online learning atau e-learning) menjadi kebutuhan dan tuntutan pada pendidikan tinggi di era Revolusi Industri 4.0 ini. Kendala dalam implementasi e-learning ini antara lain: resistensi terhadap teknologi baru, pendidikan karakter, keterampilan motorik/Bloom. akurasi dan akuntabilitas penilaian. Solusi yang tepat adalah blended learning yakni pembelajaran yang menggabungkan aspek-aspek terbaik dari pembelajaran tatap muka dengan keunggulan pembelajaran daring. Hal ini disampaikan oleh Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. dalam Seminar Sosialisasi Pembelajaran Daring di Auditorium UNY Yogyakarta Senin 20 Agustus 2018. Dalam acara yang dihadiri Rektor serta jajaran pimpinan universitas dan fakultas serta para dosen UNY tersebut, Herman menyimpulkan bahwa kendala implementasi e-learning di UNY dapat diatasi melalui usaha bersama yang melibatkan semua pihak antara lain BAKI, LPPMP, Puskom, Fakultas/Jurusan/Prodi dan para dosen.

Download file presentasi di sini [PDF 1200 KB]

Surjono, H.D. (2018). Best Practice Pembelajaran Daring di UNY. Makalah disajikan dalam Seminar Sosialisasi Pembelajaran Daring. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 20 Agustus 2018.

Implementasi E-learning dan Blended Learning

Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menyelenggarakan Seminar Pembelajaran Berbasis E-learning dengan pembicara Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. pada tanggal 10 November 2018 di aula kampus setempat. Seminar yang dibuka oleh Kepala P3AI LP3M Unesa tersebut diikuti oleh para dosen perwakilan prodi di lingkungan Unesa.

Beberapa poin yang disampaikan dalam seminar tersebut antara lain bahwa a) perguruan tinggi harus mulai menerapkan e-learning/online course, b) perlu dirancang model pembelajaran online yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa, c) kendala implementasi e-learning di UNESA dapat diatasi melalui usaha bersama antara BAKPK, LP3M, PPTI, TPM dan para dosen, d) proporsi online dan F2F dalam Blended Learning tergantung dari karakteristik mata kuliah.